Sesuai pembahasan kita tentang ekspedisi kedua, misi Cyrus adalah menaklukkan Babylonia. Kehadirannya telah diramalkan oleh Nabi Daniel. Cyrus juga disebut sebagai Almasih (Messiah) yang akan membebaskan kaum Bani Israel. Ramalan ini menjadi kenyataan pada tahun 540 SM. Pasca penaklukan Babylonia, Cyrus mengirim kaum Bani Israel yang menghendaki pulang ke Jerusalem. Hingga tahun 538 SM, tidak kurang dari 43,000 orang Bani Israel telah dikirim. Cyrus juga mengirim tim khusus untuk membangun kembali kuil Sulaiman sebagai tempat ibadah kaum Bani Israel.
Meski Cyrus berhasil menaklukkan Babylonia, namun dua suku barbar Scythia dan Cimmeria yang menjadi sekutu Babylonia masih berpotensi sebagai ancaman serius bagi keamanan wilayah Asia Tengah. Dua suku yang secara nomaden mendiami wilayah di sebelah utara pegunungan Caucasus inilah yang dikenal sebagai bangsa Yakjuj Makjuj. Keputusan Cyrus membangun radm pada ekspedisi ketiga merupakan strategi jitu yang tidak hanya memenuhi permintaan kaum yang tinggal di antara dua gunung, melainkan juga menjadi jaminan keamanan untuk mencegah masuknya bangsa Yakjuj Makjuj ke wilayah Asia Tengah secara keseluruhan.
Sekembalinya ke Jerusalem, Bani Israel membangun kota suci ini dan hidup dalam kedamaian hingga dua abad selanjutnya. Namun kebiasaan buruk mereka dalam menentang aturan Allah kelihatannya susah dihilangkan. Lagi-lagi ulah mereka ini mengakibatkan beberapa kali terusir dari kota suci. Allah menghukum mereka dengan mendatangkan pasukan penjajah yang menguasai kota ini, menghancurkan, mengusir penduduknya, membantai sebagian mereka dan menjual sebagiannya lagi sebagai budak. Bani Israel adalah kaum yang tidak pernah jera terhadap hukuman Allah.
Saya ajak anda untuk sedikit flash back ke beberapa masa sebelumnya. Mereka pernah hidup dalam penjajahan dan perbudakan di Mesir, bahkan bayi-bayi lelaki mereka banyak yang dibunuh oleh pemerintah Fir'aun. Kemudian Allah mengirim Musa untuk membebaskan mereka, dan membawa mereka ke kota suci Jerusalem yang merupakan tempat tinggal para leluhur mereka yakni Nabi Ibrahim, Ishaq dan Yakqub. Namun kebebalan mereka dalam menentang Allah dan Rasul-Nya membuat mereka dihukum oleh Allah tidak bisa memasuki kota suci selama 40 tahun, mereka hidup terombang ambing di padang gurun di luar Jerusalem. Paling tidak beberapa daftar berikut bisa memberi gambaran akan kebebalan mereka.
- Mereka menyembah patung sapi buatan Samiri ketika ditinggal Musa selama 40 hari bermunajat di Sinai.
- Mereka membantah Musa ketika diminta untuk menyembah Allah. Mereka berkata bahwa akan menyembah Allah jika mereka bisa melihat Allah secara langsung dengan mata.
- Mereka menolak masuk ke kota suci Jerusalem dengan alasan kota tersebut masih dikuasai oleh bangsa lain yang lebih kuat.
- Mereka menolak berperang untuk merebut kembali kepemilikan kota suci. Bahkan mereka menyuruh Musa sendirian berperang bersama Tuhannya, mereka akan menunggu dan melihat dari kejauhan, dan jika Musa sudah berhasil mengusir penguasa yang ada barulah mereka akan bersedia masuk ke kota suci.
- Selama dalam masa hidup terombang-ambing di padang gurun, Allah memberi jaminan rezeqi makanan bagi mereka berupa manna dan salwa. Namun mereka meminta Musa agar Allah mendatangkan sayur-sayuran dan makanan lain.
- Mereka mempermainkan perintah Musa untuk menyembelih sapi betina, dan hampir saja mereka tidak mampu melakukannya dikarenakan ulah mereka mereka sendiri.
- Pada masa berikutnya, ketika Allah telah memberi kesempatan mereka untuk memasuki kota suci Jerusalem, lagi-lagi mereka menentang perintah rasul Allah. Mereka diperintah memasuki kota suci dengan bersujud sambil mengucap "hit-thah" (kami bertaubat), namun mereka memasukinya sambil membalik posisi sujud sehingga pantat mereka yang menghadap ke arah kota suci. Bukan hanya itu, mereka mengganti kata "hit-thah" dengan kata yang mirip ucapannya namun berbeda arti, yakni kata "hin-thah" yang berarti biji gandum.
Daftar di atas hanyalah sebagian saja dari kebebalan mereka sebelum masa kejayaan dibawah kepemimpinan Dawud dan Sulaiman. Beberapa ratus tahun sepeninggal Sulaiman, kaum ini kembali menentang perintah Allah dan mempermainkan kitab suci. Sebagai hukumannya Allah menghancurkan kota suci Jerusalem melalui tangan Nebukadznezar penguasa Babylonia. Mereka terusir dari kota suci, dan kembali hidup sengsara dalam perbudakan dan penindasan, mereka hidup di Babylonia tanpa memiliki rumah ataupun tempat berteduh dari panas matahari dan hujan. Ketika mereka bartaubat, Allah mengirim sang juru selamat atau sang pembebas (yang dalam istilah mereka disebut Almasih). Cyrus dikirim oleh Allah sebagai Almasih bagi mereka, membebaskan dari perbudakan dan mengirim mereka pulang ke Jerusalem. Allah mengijinkan mereka memiliki lagi kota suci ini. Satu abad berikutnya yakni sekitar tahun 438 SM, Ezra melakukan reformasi religius dengan menggalakkan pembacaan Taurat di muka umum yang kemudian dijadikan hukum resmi negara.
Lagi-lagi mereka membikin ulah sepeninggal Ezra. Kambuh lagi penyakit mereka dalam melanggar aturan Allah dan mempermainkan kitab suci. Sebagai hukumannya, Allah jadikan mereka hidup dalam penjajahan bangsa lain. Pada tahun 333 SM, Alexander the great dari Macedonia menaklukkan raja Darius III penguasa Persia. Jerusalem akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Alexander. Pasca kematian Alexander the great tahun 323 SM, beberapa jenderalnya berebut kekuasaan. Ptolemeus menguasai Mesir dan Judea, sedangkan Seleucus menguasai Syria dan Asia Minor. Kedua kubu ini melakukan peperangan memperebutkan Jerusalem yang terus dilakukan selama kurang lebih 125 tahun.
Pada tahun 198 SM, Antiochus III seorang raja dari kubu Seleucus berhasil menaklukan kubu Ptolemeus dan menjadikan Judea sebagai wilayah kekuasaannya. Dia mulai memaksa kaum Bani Israel agar meninggalkan ajaran tauhid (monotheisme) dan menggantinya dengan ajaran paganisme Yunani. Pada tahun 176 SM, Antiochus IV Ephipanes melanjutkan kebijakan ayahnya dalam memaksa kaum Bani Israel meninggalkan ajaran Taurat. Dia menghapuskan hukum hari Sabbat dan khitan, serta menodai kesucian kuil Sulaiman dengan membangun altar Zeus yang digunakan sebagai tempat pengurbanan binatang babi.
Setiap kali Bani Israel menentang dan mempermainkan aturan Allah, mereka akan terjajah dan terusir dari kota suci Jerusalem. Silih berganti kota suci ini dikuasai bangsa penjajah. Setelah masa penguasaan Yunani, Romawi mengambil alih kekuasaan. Puncak kebebalan Bani Israel terjadi pada saat penolakan mereka terhadap Isa bin Maryam sebagai Almasih. Mereka menunggu hadirnya Almasih lain yang akan membawa mereka kembali memiliki kota suci Jerusalem dan mewujudkan kejayaan Bani Israel sebagaimana pada masa Dawud dan Sulaiman. Akibatnya, Allah mengusir lagi kaum Bani Israel dari kota suci melalui tangan Titus sang penguasa Romawi. Kota suci ini diluluh lantakkan pada tahun 70 M, penduduknya diusir, sebagian dibantai, dan sebagiannya lagi dijual sebagai budak. Sejak masa ini mutlak kaum Bani Israel tidak mampu mengklaim kembali kepemilikan kota suci hingga lebih dari seribu tahun berikutnya. Masa inilah yang disebut sebagai masa diaspora, mereka tersebar di berbagai tempat di penjuru dunia.
Enam abad pasca penolakan Isa bin Maryam, mereka masih belum menemukan tanda-tanda akan datangnya Almasih yang mereka inginkan. Hingga ketika para utusan Mekkah menemui rabbi/rahib Yahudi di Yatsrib (Madinah) menanyakan perihal klaim Muhammad sebagai Rasul Allah, secercah peluang muncul untuk memperoleh update informasi tentang masa depan Bani Israel. Para rabbi/rahib Yahudi ini menjadikan kisah Dzulqarnain sebagai uji validitas kerasulan Muhammad, dengan harapan jika memang Muhammad benar-benar Rasul Allah sebagaimana Musa dan Isa, tentunya dia bisa menjadi kunci untuk mengetahui masa depan Bani Israel, yakni memberi sedikit titik terang akan kehadiran Almasih yang mereka nantikan. Almasih sekaliber Dzulqarnain yang mampu mengembalikan kejayaan Bani Israel.
Ternyata Allah menjadikan kisah ekspedisi ketiga dari Dzulqarnain sebagai kunci yang ditunggu-tunggu oleh para rabbi/rahib Yahudi Madinah. Radm yang dibangun Dzulqarnain menyimpan misteri yang menjadi penanda akan kembalinya kaum Bani Israel ke kota suci Jerusalem. Kota inilah yang dimaksud sebagai "kota yang dihancurkan" dalam ayat QS.21:95, yang menyebutkan bahwa penduduknya tidak akan bisa kembali untuk memiliki kota itu hingga terbukanya tembok Yakjuj Makjuj, dan bangsa Yakjuj Makjuj telah mengalir dari berbagai tempat yang tinggi.
21:95 And there is prohibition upon [the people of] a city which We have destroyed that they will [ever] return
21:96 Until when [the dam of] Gog and Magog has been opened and they, from every elevation, descend.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1948 M, kota suci Jerusalem berhasil diklaim lagi kepemilikannya oleh kaum Bani Israel. Mereka mendirikan negara baru dengan nama "The State of Israel". Terpenuhi sudah kedua syarat yang disebutkan dalam surah Al-Anbiya (QS. 21:95-96) di atas, radm Yakjuj Makjuj telah terbuka, dan bangsa Yakjuj Makjuj telah mengalir dari berbagai tempat yang tinggi.
Tembok Yakjuj Makjuj yang dibangun Dzulqarnain telah hancur sejak 14 abad silam sebagaimana telah kita bahas panjang lebar dalam beberapa bab sebelumnya. Dua ayat di atas ketika kita hubungkan dengan peristiwa munculnya negara Israel tahun 1948 M, akan memberi kesimpulan bahwa tahun ini adalah saat dimana bangsa Yakjuj Makjuj telah menyelesaikan misi "mengalir dari berbagai tempat tinggi" yang bisa diartikan "mereka telah menguasai dunia".
Tembok Yakjuj Makjuj yang dibangun Dzulqarnain telah hancur sejak 14 abad silam sebagaimana telah kita bahas panjang lebar dalam beberapa bab sebelumnya. Dua ayat di atas ketika kita hubungkan dengan peristiwa munculnya negara Israel tahun 1948 M, akan memberi kesimpulan bahwa tahun ini adalah saat dimana bangsa Yakjuj Makjuj telah menyelesaikan misi "mengalir dari berbagai tempat tinggi" yang bisa diartikan "mereka telah menguasai dunia".
No comments:
Post a Comment