Pasca penaklukan wilayah Asia Minor, Dzulqarnain melanjutkan ekspedisi berikutnya ke arah matahari terbit, artinya ini adalah wilayah yang berada di sebelah timur dari lokasi ekspedisi awal. Di lokasi ekspedisi ke-2 ini Zulqarnain mendapati matahari menyinari satu kaum yang tidak memiliki perlindungan dari cahaya matahari.
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. (QS. Al-Kahf, 18:90)
Istilah "sampai ke tempat terbit matahari" tidak bisa kita telan mentah-mentah, sebagaimana istilah yang menyebutkan ekspedisi awal "sampai ke tempat terbenamnya matahari". Sains modern telah menunjukkan bahwa matahari tidaklah terbit ataupun tenggelam. Terbit dan tenggelamnya matahari hanyalah persepsi manusia yang mendiami planet bumi. Setiap pagi kita melihat matahari terbit, dan sorenya kita melihat matahari tenggelam. Jika kita berada di pulau Jawa melihat matahari terbit, maka manusia yang berada di tempat-tempat lain melihat sesuatu yang berbeda pada waktu yang bersamaan, ada yang melihat matahari sudah naik setinggi galah, ada yang sudah waktu zhuhur, ada yang melihat matahari tenggelam, dan bahkan ada yang masih gelap gulita di tengah malam, tergantung lokasi dia berada. Anda yang berada di Jakarta melihat matahari terbit jam 6 pagi, pada waktu bersamaan seseorang yang berada di kepulauan Fiji sudah melihat matahari di atas kepalanya karena memang di sana sudah tengah hari. Pada saat yang sama juga, sebagian ummat muslim yang berada di Makkah atau Madinah masih melakukan sholat Tahajjud karena di sana masih jam 2 dini hari, sementara mereka yang berada di New York sedang melihat matahari terbenam jam 6 petang.
Tentunya akan sangat sulit mengidentifikasi lokasi ekspedisi ke-2 ini jika kita hanya mengacu pada logika akal kita dengan memahami secara tekstual ayat yang menyebutkan "Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari". Ini bukanlah tempat ujung timur yang diidentifikasi secara perkiraan saja, karena apa yang kita anggap ujung timur bisa menjadi ujung barat bagi orang yang berada di belahan bumi lain. Terdapat berbagai pendapat mengenai lokasi yang dituju Dzulqarnain pada ekspedisi ke-2 ini, ada yang menganggap wilayah Mongol, Mesir, Laut Caspia, dan sebagainya. Setiap pendapat mengemukakan hujjahnya masing-masing.
Sebelumnya saya pernah sependapat dengan Syaikh Imran Hosein yang mengidentifikasi lokasi ekspedisi ke-2 ini berada di tepian pantai Laut Caspia, dengan asumsi bahwa lokasi ekspedisi awal berada di pesisir timur Laut Hitam. Namun, dengan segala hormat dan menghargai pendapat beliau, akhirnya saya menemukan argumen yang berbeda dan insyaa Allah akan lebih mendekati maksud yang sebenarnya dari ayat Quran ini.
Sebelumnya saya pernah sependapat dengan Syaikh Imran Hosein yang mengidentifikasi lokasi ekspedisi ke-2 ini berada di tepian pantai Laut Caspia, dengan asumsi bahwa lokasi ekspedisi awal berada di pesisir timur Laut Hitam. Namun, dengan segala hormat dan menghargai pendapat beliau, akhirnya saya menemukan argumen yang berbeda dan insyaa Allah akan lebih mendekati maksud yang sebenarnya dari ayat Quran ini.
Ada juga pendapat lain yang menganggapnya berada Mesir, dengan asumsi bahwa di tempat ini terdapat kuil matahari terbit sebagai tempat ibadah kaum Mesir kuno. Asumsi ini diperkuat dengan meyakini bahwa Dzulqarnain adalah Alexander the great penguasa Macedonia (Dalam bahasa Arab disebut Al-Iskandar Al-Makduni) yang meluaskan wilayah penaklukannya hingga ke Mesir. Meski berbagai hujjah disampaikan untuk menguatkan pendapat bahwa Alexander the great adalah Dzulqarnain, namun untuk menentukan link atau hubungan antara Alexander dengan kaum Bani Israel akan berujung pada sebuah kejanggalan. Alexander bukanlah pahlawan bagi kaum Bani Israel, dan namanya tidak seharum Cyrus meski keduanya memiliki gelar "the great". Saya menghargai pendapat yang dikemukakan dosen sekaligus penulis produktif, Muhammad Alexander Wisnu Sasongko dengan berbagai hujjah yang beliau sampaikan, meskipun ada beberapa poin yang saya tidak sependapat termasuk dalam hal identifikasi lokasi ekpedisi Dzulqarnain. Beliau telah menulis karya-karya fenomenal terkait peperangan akhir zaman, Yakjuj Makjuj dan Dzulqarnain dengan menampilkan berbagai rujukan catatan sejarah yang mungkin belum pernah diangkat sebelumnya oleh penulis lain. Banyak dari tulisannya yang sangat mencerahkan tentang identifikasi kaum Scythia dan Cimmeria kuno sebagai bangsa Yakjuj Makjuj. Akan tetapi, kebenaran bisa muncul dari siapapun selama pendapat yang disampaikan diperkuat dengan berbagai hujjah yang lebih valid dan bersesuaian dengan konteks yang dibahas.
Pemikir muslim modern asal Palestina, Dr. Adnan Ibrahim lebih menekankan pemahaman terhadap konteks ini menggunakan rujukan berupa keterkaitan informasi ayat-ayat Quran dengan ayat-ayat Alkitab. Hal ini insyaaAllah akan lebih mendekatkan kita pada fakta sesungguhnya mengingat kisah ekspedisi Dzulqarnain digunakan oleh para rabi/rahib Yahudi sebagai uji validitas kerasulan Muhammad. Tentunya seluruh rangkaian ekspedisi Dzulqarnain haruslah bersesuaian dengan yang selama ini mereka pahami dari alkitab mereka. Dari berbagai informasi di ayat-ayat Alkitab, ternyata kaum Yahudi sangat mengenal tokoh "si dua tanduk" ini berdasar ayat-ayat yang disebutkan oleh Nabi Daniel. (Sebagaimana saya paparkan di bab sebelumnya, bahwa Dzulqarnain "si dua tanduk" ini adalah Raja Cyrus penguasa Medes dan Persia).
Lalu, di manakah lokasi ekspedisi ke-2 Dzulqarnain? Ini adalah arah timur (meski sedikit ke selatan) jika dilihat dari lokasi ekspedisi awal, yakni daerah Babylonia tempat kaum Bani Israel berada dalam pengasingan dan perbudakan oleh Raja Nebukadznezar. Kaum Bani Israel diusir dari kota suci Jerusalem, kuil Sulaiman dihancurkan, dan mereka dibawa sebagai tawanan ke Babylonia. Di tempat inilah mereka tinggal tanpa memiliki rumah ataupun tempat perlindungan, mereka berada dalam pengasingan, sebagai tawanan perang, dan diperbudak. Kondisi ini sangat sesuai dengan apa yang disebutkan dalam ayat Surah Al-Kahf di atas, "dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu".
Identifikasi Babylonia sebagai lokasi ekspedisi kedua dikuatkan lagi dengan catatan sejarah penaklukan kota ini oleh Cyrus. Kejadiannya berlangsung sekitar enam tahun pasca penaklukan Lydia di Asia Minor. Hal ini bersesuaian juga dengan ayat Quran yang menyebutkan ekspedisi ke arah timur ini berlangsung setelah Dzulqarnain menyelesaikan misi penaklukan Lydia di ekspedisi awal.
- Ekspedisi awal, Cyrus menaklukkan Lydia pada tahun 546 BC. Menerapkan sistem kebijakan di wilayah ini, menghukum para penjahat dan memberikan berbagai kemudahan bagi penduduknya secara umum.
- Ekspedisi kedua, Cyrus menaklukkan Babylonia pada tahun 540 BC, membebaskan kaum Bani Israel, dan mengirim kembali kaum Bani Israel yang menghendaki pulang ke Jerusalem, serta mengirim tim khusus untuk melaksanakan project pembangunan kembali kuil Sulaiman.
Ayat 91 dari Surah Al-Kahf sebenarnya menjadi clue atas benarnya pendapat ini. Berikut perbandingan berbagai versi terjemahannya.
"Thus. And We had encompassed [all] that he had in knowledge." [Sahih International translation]
"So (it was). And We knew all concerning him." [Muhsin khan translation]
"(He left them) as they were: We completely understood what was before him." [Abdullah Yusuf Ali translation]
So (it was). And We knew all concerning him. [Pickthall translation]
"(He left them) as they were: We completely understood what was before him." [Abdullah Yusuf Ali translation]
So (it was). And We knew all concerning him. [Pickthall translation]
"Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya"
Berikut terjemah per kata dari ayat ini: "Kadzaalika wa qad ahathnaa bi maa ladaihi khubraa"
Kadzaalika (Demikianlah/Seperti itulah), wa qad (dan sungguh), ahathnaa (telah Kami ambil/telah Kami liput), bi maa ladaihi (terhadap yang ada padanya/ dengan apa-apa yang di sisinya), khubraa (sebagai sebuah pengetahuan/cerita).
Tidak seperti ayat yang menceritakan ekspedisi pertama yang dengan detil menyebut apa yang diperbuat oleh Dzulqarnain terhadap wilayah yang ditaklukkan, pada ekspedisi kedua ini hanya disebutkan secara singkat "Seperti itulah" atau 'Demikianlah". Hal ini dikarenakan memang seluruh rangkaian kisah penaklukan Babylonia hingga pembebasan kaum Bani Israel telah diceritakan secara detail dalam Alkitab (tercantum dalam Kitab Melakhim/ Book of Kings/ Kitab Raja-raja) dan telah dipahami secara turun temurun sejarahnya oleh kaum Yahudi Bani Israel.
Kalau expedisi dzulkarnaen bersama nabi khiddir untuk tempat yg paling gelap dan tempat terbit matahari dan berlumpur hitam pekat kira2 itu di daerah mana saudara?
ReplyDelete