Friday, December 5, 2014

Konstruksi tembok Yakjuj Makjuj

Untuk membongkar misteri tembok Yakjuj Makjuj ini, mari kita cermati dulu berbagai kata kunci yang disebutkan dalam lanjutan ayat yang menceritakan Dzulqarnain berkomunikasi dengan kaum yang tinggal di antara dua gunung.

94 Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

95 Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,

96 berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu".

97 Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.


Ayat di atas secara jelas menyebutkan kaum ini bernegosiasi dengan Dzulqarnain, mereka menawarkan pembayaran kepadanya untuk membuatkan dinding (sadd) yang membatasi mereka dengan bangsa Yakjuj Makjuj. Dzulqarnain menolak pembayaran itu dan dengan penuh bijaksana meminta agar kaum tersebut mensupport tenaga kerja untuk mewujudkan project fenomenal yang disebut sebagai "radm".

Kaum ini meminta tolong untuk dibuatkan sebuah "sadd", namun Dzulqarnain menjanjikan konstruksi yang lebih kuat yang disebut "radm". Sadd adalah konstruksi menggunakan bebatuan, atau di masa modern adalah konstruksi concrete menggunakan campuran batu, pasir dan semen. Sementara radm adalah konstruksi yang lebih kokoh menggunakan logam berlapis anti karat, yaitu besi yang dipanaskan dan dilapisi cairan tembaga.

Jika kita bisa menemukan bukti berupa reruntuhan tembok besi atau lokasi tambang di sekitar Darial Gorge, ini akan menjawab dengan ringkas kebenaran identifikasi yang kita lakukan. Sayangnya bekas reruntuhan yang ada di sekitar lokasi ini berusia jauh lebih muda dari yang kita cari. Di lokasi ini terdapat bekas-bekas bangunan jembatan ataupun benteng yang dibangun oleh Rusia pada abad ke-17. Kelihatannya waktu yang membentang ribuan tahun lalu sangat sulit untuk mencari reruntuhan tersebut tanpa sebuah team arkeolog yang mengkhususkan pencarian bukti ini.


Tapi ternyata ilmu geologi bisa membantu melacak kemungkinan di celah ini pernah terdapat tembok Yakjuj Makjuj. Dalam ayat Quran tembok tersebut diistilahkan sebagai sadd dan radm yang secara harfiyah artinya "dam" atau tembok yang berfungsi untuk membendung air. Apakah radm yang dibangun Dzulqarnain, selain didesain sebagai pembatas antara kaum yang bermukim di sini dengan bangsa Yakjuj Makjuj, juga berfungsi sebagai dam untuk membendung air?



Di celah Darial Gorge ini mengalir sungai Terek dari utara ke selatan. Sungai ini lumayan besar, dan jika ujung utara celah ini ditutup maka akses dari wilayah utara ke selatan mutlak tertutup, dan wilayah sebelah utara akan membentuk bendungan air. Amazing... bukti geologi berupa perbandingan sample tanah yang diambil dari dinding tebing sebelah utara celah yang diperkirakan tempat dibangunnya dam, dan juga sample tanah di tebing sebelah selatannya benar-benar membuktikan di tempat ini pernah dibangun sebuah "dam" yang membendung aliran sungai Terek. Tanah di tebing sebelah utara dam memiliki kandungan air yang sangat tinggi, sementara tanah di sebelah selatan dam memiliki kandungan air yang sangat rendah. Perbedaan mencolok kandungan air pada kedua sample tanah ini hanya terjadi jika tanah di sebelah utara dam terendam air dalam jangka waktu yang sangat lama.

Konstruksi radm yang kokoh ini tidak memungkinkan untuk dilobangi ataupun dirusak menggunakan peralatan manual. Pendapat yang menyatakan bahwa Yakjuj Makjuj melobangi tembok ini perlu dikaji lebih jauh kebenarannya, karena bertentangan dengan informasi yang disebutkan dalam Quran (QS.18:97)


Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.

Konstruksi tembok besi berlapis tembaga ini bukanlah sekedar lempengan besi tipis, melainkan konstruksi balok-balok besi yang didesain sedemikian rupa dan mampu menahan bendungan air di utara tembok. Ini adalah konstruksi sebuah dam yang tebal, kokoh, dan lumayan tinggi.

Menurut pendapat saya, perkiraan tinggi tembok ini tidaklah setinggi puncak gunung yang sekitar 1000 meter (1km) dari dasar celah, melainkan cukup tinggi untuk menutup celah tersebut. Terjemahan ayat QS.18:96 yang kita dapati dalam versi bahasa Indonesia agak berlebihan dengan menambahkan penafsiraan kata "puncak". Berikut perbandingan terjemah versi Bahasa Inggris & Indonesia:

....
until, when he had leveled [them] between the two mountain walls, he said, "Blow [with bellows]," until when he had made it [like] fire, he said, "Bring me, that I may pour over it molten copper."

....
Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu...


Terjemah versi Bahasa Inggris di atas lebih pas secara harfiyah dengan menyebut between the two mountain walls (di antara dua dinding gunung /di antara dua tebing).

"hattaa idzaa saawaa baina ash-shadafain" secara harfiyah berarti "hingga ketika dia telah meratakan di antara ash-shadafain".

Ash-shadafain artinya "dua buah kerang" atau dua cangkang kerang yang berhadapan. Bentuk tebing-tebing di Darial Gorge ini seperti dua cangkang kerang berhadapan jika dilihat dari atas ataupun dari kejauhan.

Dengan konstruksi dam yang kokoh semacam ini, mustahil bagi siapapun untuk melobanginya atau bahkan merusaknya menggunakan peralatan manual. Begitu juga dengan generasi Yakjuj Makjuj suku Cimmeria & Scythia pada masa itu. Mereka jelas jelas tidak akan mampu melobangi ataupun merusaknya.

1 comment:

  1. Jika radm didefiniskan sebagai tembok yang bersifat vertical yang menutup suatu celah "bayna saddayn". Sedangkan dari semua keterangan hadist bahwa yajuj majuj itu dipimpin oleh pemimpinnya, setiap hari selalu menggali dan menggali terus. Setiap menggali maka besoknya tertutup lagi, begitu seterusnya, sampai mereka (yajuj majuj tsb) mengatakan "Insha Allah". Kisah ini juga bertalian dengan kisah Rasulullah, saat lupa mengatakan Insha Allah ketika dua orang kafir quraish menyampaikan pertanyaan ttg dhulqarnain setelah berkonsultasi dengan rabi yahudi. Jadi, kalimat Insya Allah lah yang membuka radm tersebut. JIka radm didefiniskan sebagai tembok vertical dibumi atau menutup celah gunung, bukankah selalu ada jalan lain yang bisa ditempuh oleh yajuj majuj tersebut? Bisa dari sisi lain sebelum gunung atau penghalang itu. Yang namanya tembok gunung, bisa didaki meskipun dengan tali, atau dilewati dengan pesawat terbang. Jika gunung itu terjal, bisa dicari jalan yang tidak terjal, atau jalan mengelilingi gunung tersebut, meskipun lebih jauh. Nah, jika radm itu didefiniskan sebagai suatu penutup "gate", penutup lubang ditanah, itu akan lebih make sense! Tidak ada jalan keluar kecuali harus menggalinya, sampai mereka melihat cahaya matahari, dan besoknya tertutup kembali. Sampai mereka mengatakan "Insha Allah' barulah penutup radm itu terbuka

    ReplyDelete