Friday, December 5, 2014

Kenapa Dzulqarnain membangun radm menggunakkan material besi dan tembaga?


Satu hal yang menarik untuk dikaji adalah keputusan Dzulqarnain membangun radm menggunakan balok-balok besi/ potongan-potongan besi. Konstruksi ini bukanlah sekedar lempengan besi tipis, melainkan sebuah konstruksi kokoh yang didesain mampu bertahan dalam jangka panjang dan memiliki fungsi tambahan sebagai dam yang membendung air.


Mengapa Dzulqarnain memutuskan penggunaan besi dan tembaga sebagai materialnya? Kenapa tidak menggunakan bebatuan seperti konstruksi dam pada umumnya sebagaimana yang diminta oleh kaum ini? Tentunya bukanlah tanpa alasan. Bisa dipastikan di daerah sekitarnya tersedia bahan baku dalam jumlah berlimpah. Jika tidak, bagaimana mungkin bisa terselesaikan proyek fenomenal ini?



Dzulqarnain tidaklah membangun tembok besi ini hanya dengan mantra sim salabim langsung terwujud (maaf ya... ini bukan Harry Potter ataupun dongeng khayalan Hollywood lainnya), melainkan dia membangunnya melalui sebuah proses dan membutuhkan waktu yang lumayan lama. Ayat-ayat Quran menceritakan prosesnya secara jelas. Dzulqarnain meminta didatangkan potongan-potongan besi. Ketika konstruksinya sudah rata menutup celah di antara tebing di kanan kirinya, dia memerintahkan untuk memanaskan besi itu hingga membara, kemudian dituangkan cairan tembaga. Jadilah konstruksi mahakarya fenomenal pada masa itu, sebuah dam yang membendung aliran sungai Terek di sebelah utara celah, dan mutlak menutup akses bangsa Yakjuj Makjuj sehingga mereka tidak dapat memasuki wilayah Asia Tengah melalui jalur pintas ini. Kekokohan konstruksi radm ini telah terbukti mampu bertahan hingga lebih dari 1000 tahun.


Pembangunan radm ini benar-benar sebuah mega project yang melibatkan manpower dan material dalam jumlah besar, serta memakan waktu yang cukup lama. Jika kita perkirakan ukuran konstruksi dam setinggi 100 meter, menutup celah di dasar tebing yang lebarnya 10 meter dan semakin melebar di bagian atas, dengan ketebalan sekitar 10 meter di dasar celah dan semakin menipis di bagian atasnya, maka perkiraan volume besi yang dibutuhkan sekitar 10,000 meter kubik. Jika setiap 10 meter kubik besi setara dengan berat 78,5 ton, maka total material besi yang diperlukan adalah seberat 78,500 ton. Ini jumlah yang sangat besar. Kita harus menemukan dari mana asal material besi sebanyak ini, belum lagi ditambah dengan tembaga yang digunakan untuk melapisi radm tersebut. Mobilisasi material tentunya juga membutuhkan proses dan waktu, mengingat kendaraan pengangkut pada masa itu hanyalah menggunakan tenaga manusia dan kuda.

Benarkah identifikasi lokasi tembok besi ini berada di celah Darial Gorge? Bisakah kita temukan bukti-bukti bahwa di sekitar lokasi ini tersedia material besi dan tembaga dalam jumlah besar? Ataukah identifikasi lokasi ini salah?


Pada tahun 2008, tiga orang pakar Geoarchaeology dan Archaeomineralogy Georgia menerbitkan hasil penelitian ilmiah mereka yang menemukan bukti-bukti adanya pertambangan dan pengolahan logam di berbagai wilayah selatan Caucasus sejak masa sekitar 3000BC. Pengolahan emas, besi, dan tembaga tersebar di berbagai provinsi mulai bagian barat Georgia hingga sebelah timur di perbatasan Armenia. Kaki pegunungan Caucaus kaya akan bijih logam, dan sampai saat ini kandungan bijih logam (emas, perak, besi, tembaga, dsb) masih tersedia dalam jumlah besar.



Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah berjudul "ANCIENT GEORGIAN IRON METALLURGY AND ITS ORE BASE", oleh David M. Kuparadze dan Dimitri V. Pataridze (Caucasian Institute of Mineral Resources, Tbilisi Georgia), bekerja sama dengan Thomas N. Kerestedjian (Geological Institute, Bulgarian Academy of Sciences). 


Berdasar bukti-bukti arkeologi ini, identifikasi Darial Gorge sebagai lokasi konstruksi tembok Yakjuj Makjuj bukanlah hanya perkiraan semu belaka dan berbau khayal. Pengolahan besi dan tembaga sejak zaman kuno yang tersebar di berbagai wilayah sebelah selatan Caucasus memungkinkan terwujudnya proyek fenomenal Dzulqarnain.

Selain menggunakan gerobak bertenaga kuda, mobilisasi material dari berbagai pertambangan di wilayah Georgia bagian barat kemungkinan juga menggunakan perahu yang menyusuri sungai Kura hingga Tbilisi (ibukota Georgia di masa kini), kemudian dilanjutkan ke utara menggunakan jalur darat. Proses mobilisasi material secara besar-besaran dengan memanfaatkan jalur sungai ini kemungkinan merupakan faktor yang menjadikan namanya dikenal sebagai sungai Cyrus. Cyrus adalah istilah Yunani dari nama Koresh/Gorah/Kura yang telah kita identifikasi sebagai Dzulqarnain.

2 comments:

  1. Di ayat al quran, banyak sekali yang menyebutkan bahwa bangsa bangsa dahulu yang telah musnah mempunyai peradaban yang tinggi. Bahkan disebutkan di ayat al-quran, alat alat dapur mereka untuk memasak PUN lebih tinggi kemajuannya dari yang kita perkirakan. Ditambah lagi, dhul-qarnayn juga seorang hamba yang telah dianugerahkan Allah tentang ilmu yang bisa menjelajahi kemana saja di dimuka bumi. Dhul-qarnayn juga adalah seorang hamba yang menunjukkan bahwa bangsa nya punya kemampuan dan technology tinggi dalam penjelajahan di bumi, dan juga punya technology peleburan bahan bahan metalurgi. Dan dhulqarnayn dalam cerita ini hampir-hampir bisa dikatakan seorang Nabi. Apakah Cyrus masuk dalam category tersebut, Wallahu alam.

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum. Saya mau minta izin mengutip sebagian konten blog ini ke dalam naskah saya dengan mencantumkan sumber blog ini. Kemana saya harus meminta izin? Jazakallahu khayran.

    ReplyDelete