Monday, December 15, 2014

Terbukanya (radm) Yakjuj Makjuj dan kota yang dihancurkan


Sesuai pembahasan kita tentang ekspedisi kedua, misi Cyrus adalah menaklukkan Babylonia. Kehadirannya telah diramalkan oleh Nabi Daniel. Cyrus juga disebut sebagai Almasih (Messiah) yang akan membebaskan kaum Bani Israel. Ramalan ini menjadi kenyataan pada tahun 540 SM. Pasca penaklukan Babylonia, Cyrus mengirim kaum Bani Israel yang menghendaki pulang ke Jerusalem. Hingga tahun 538 SM, tidak kurang dari 43,000 orang Bani Israel telah dikirim. Cyrus juga mengirim tim khusus untuk membangun kembali kuil Sulaiman sebagai tempat ibadah kaum Bani Israel.

Meski Cyrus berhasil menaklukkan Babylonia, namun dua suku barbar Scythia dan Cimmeria yang menjadi sekutu Babylonia masih berpotensi sebagai ancaman serius bagi keamanan wilayah Asia Tengah. Dua suku yang secara nomaden mendiami wilayah di sebelah utara pegunungan Caucasus inilah yang dikenal sebagai bangsa Yakjuj Makjuj. Keputusan Cyrus membangun radm pada ekspedisi ketiga merupakan strategi jitu yang tidak hanya memenuhi permintaan kaum yang tinggal di antara dua gunung, melainkan juga menjadi jaminan keamanan untuk mencegah masuknya bangsa Yakjuj Makjuj ke wilayah Asia Tengah secara keseluruhan.

Sekembalinya ke Jerusalem, Bani Israel membangun kota suci ini dan hidup dalam kedamaian hingga dua abad selanjutnya. Namun kebiasaan buruk mereka dalam menentang aturan Allah kelihatannya susah dihilangkan. Lagi-lagi ulah mereka ini mengakibatkan beberapa kali terusir dari kota suci. Allah menghukum mereka dengan mendatangkan pasukan penjajah yang menguasai kota ini, menghancurkan, mengusir penduduknya, membantai sebagian mereka dan menjual sebagiannya lagi sebagai budak. Bani Israel adalah kaum yang tidak pernah jera terhadap hukuman Allah. 

Saya ajak anda untuk sedikit flash back ke beberapa masa sebelumnya. Mereka pernah hidup dalam penjajahan dan perbudakan di Mesir, bahkan bayi-bayi lelaki mereka banyak yang dibunuh oleh pemerintah Fir'aun. Kemudian Allah mengirim Musa untuk membebaskan mereka, dan membawa mereka ke kota suci Jerusalem yang merupakan tempat tinggal para leluhur mereka yakni Nabi Ibrahim, Ishaq dan Yakqub. Namun kebebalan mereka dalam menentang Allah dan Rasul-Nya membuat mereka dihukum oleh Allah tidak bisa memasuki kota suci selama 40 tahun, mereka hidup terombang ambing di padang gurun di luar Jerusalem. Paling tidak beberapa daftar berikut bisa memberi gambaran akan kebebalan mereka.

  • Mereka menyembah patung sapi buatan Samiri ketika ditinggal Musa selama 40 hari bermunajat di Sinai.
  • Mereka membantah Musa ketika diminta untuk menyembah Allah. Mereka berkata bahwa akan menyembah Allah jika mereka bisa melihat Allah secara langsung dengan mata.
  • Mereka menolak masuk ke kota suci Jerusalem dengan alasan kota tersebut masih dikuasai oleh bangsa lain yang lebih kuat.
  • Mereka menolak berperang untuk merebut kembali kepemilikan kota suci. Bahkan mereka menyuruh Musa sendirian berperang bersama Tuhannya, mereka akan menunggu dan melihat dari kejauhan, dan jika Musa sudah berhasil mengusir penguasa yang ada barulah mereka akan bersedia masuk ke kota suci.
  • Selama dalam masa hidup terombang-ambing di padang gurun, Allah memberi jaminan rezeqi makanan bagi mereka berupa manna dan salwa. Namun mereka meminta Musa agar Allah mendatangkan sayur-sayuran dan makanan lain.
  • Mereka mempermainkan perintah Musa untuk menyembelih sapi betina, dan hampir saja mereka tidak mampu melakukannya dikarenakan ulah mereka mereka sendiri.
  • Pada masa berikutnya, ketika Allah telah memberi kesempatan mereka untuk memasuki kota suci Jerusalem, lagi-lagi mereka menentang perintah rasul Allah. Mereka diperintah memasuki kota suci dengan bersujud sambil mengucap "hit-thah" (kami bertaubat), namun mereka memasukinya sambil membalik posisi sujud sehingga pantat mereka yang menghadap ke arah kota suci. Bukan hanya itu, mereka mengganti kata "hit-thah" dengan kata yang mirip ucapannya namun berbeda arti, yakni kata "hin-thah" yang berarti biji gandum.


Daftar di atas hanyalah sebagian saja dari kebebalan mereka sebelum masa kejayaan dibawah kepemimpinan Dawud dan Sulaiman. Beberapa ratus tahun sepeninggal Sulaiman, kaum ini kembali menentang perintah Allah dan mempermainkan kitab suci. Sebagai hukumannya Allah menghancurkan kota suci Jerusalem melalui tangan Nebukadznezar penguasa Babylonia. Mereka terusir dari kota suci, dan kembali hidup sengsara dalam perbudakan dan penindasan, mereka hidup di Babylonia tanpa memiliki rumah ataupun tempat berteduh dari panas matahari dan hujan. Ketika mereka bartaubat, Allah mengirim sang juru selamat atau sang pembebas (yang dalam istilah mereka disebut Almasih). Cyrus dikirim oleh Allah sebagai Almasih bagi mereka, membebaskan dari perbudakan dan mengirim mereka pulang ke Jerusalem. Allah mengijinkan mereka memiliki lagi kota suci ini. Satu abad berikutnya yakni sekitar tahun 438 SM, Ezra melakukan reformasi religius dengan menggalakkan pembacaan Taurat di muka umum yang kemudian dijadikan hukum resmi negara.

Lagi-lagi mereka membikin ulah sepeninggal Ezra. Kambuh lagi penyakit mereka dalam melanggar aturan Allah dan mempermainkan kitab suci. Sebagai hukumannya, Allah jadikan mereka hidup dalam penjajahan bangsa lain. Pada tahun 333 SM, Alexander the great dari Macedonia menaklukkan raja Darius III penguasa Persia. Jerusalem akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Alexander. Pasca kematian Alexander the great tahun 323 SM, beberapa jenderalnya berebut kekuasaan. Ptolemeus menguasai Mesir dan Judea, sedangkan Seleucus menguasai Syria dan Asia Minor. Kedua kubu ini melakukan peperangan memperebutkan Jerusalem yang terus dilakukan selama kurang lebih 125 tahun.

Pada tahun 198 SM, Antiochus III seorang raja dari kubu Seleucus berhasil menaklukan kubu Ptolemeus dan menjadikan Judea sebagai wilayah kekuasaannya. Dia mulai memaksa kaum Bani Israel agar meninggalkan ajaran tauhid (monotheisme) dan menggantinya dengan ajaran paganisme Yunani. Pada tahun 176 SM, Antiochus IV Ephipanes melanjutkan kebijakan ayahnya dalam memaksa kaum Bani Israel meninggalkan ajaran Taurat. Dia menghapuskan hukum hari Sabbat dan khitan, serta menodai kesucian kuil Sulaiman dengan membangun altar Zeus yang digunakan sebagai tempat pengurbanan binatang babi.

Setiap kali Bani Israel menentang dan mempermainkan aturan Allah, mereka akan terjajah dan terusir dari kota suci Jerusalem. Silih berganti kota suci ini dikuasai bangsa penjajah. Setelah masa penguasaan Yunani, Romawi mengambil alih kekuasaan. Puncak kebebalan Bani Israel terjadi pada saat penolakan mereka terhadap Isa bin Maryam sebagai Almasih. Mereka menunggu hadirnya Almasih lain yang akan membawa mereka kembali memiliki kota suci Jerusalem dan mewujudkan kejayaan Bani Israel sebagaimana pada masa Dawud dan Sulaiman. Akibatnya, Allah mengusir lagi kaum Bani Israel dari kota suci melalui tangan Titus sang penguasa Romawi. Kota suci ini diluluh lantakkan pada tahun 70 M, penduduknya diusir, sebagian dibantai, dan sebagiannya lagi dijual sebagai budak. Sejak masa ini mutlak kaum Bani Israel tidak mampu mengklaim kembali kepemilikan kota suci hingga lebih dari seribu tahun berikutnya. Masa inilah yang disebut sebagai masa diaspora, mereka tersebar di berbagai tempat di penjuru dunia.

Enam abad pasca penolakan Isa bin Maryam, mereka masih belum menemukan tanda-tanda akan datangnya Almasih yang mereka inginkan.  Hingga ketika para utusan Mekkah menemui rabbi/rahib Yahudi di Yatsrib (Madinah) menanyakan perihal klaim Muhammad sebagai Rasul Allah, secercah peluang muncul untuk memperoleh update informasi tentang masa depan Bani Israel. Para rabbi/rahib Yahudi ini menjadikan kisah Dzulqarnain sebagai uji validitas kerasulan Muhammad, dengan harapan jika memang Muhammad benar-benar Rasul Allah sebagaimana Musa dan Isa, tentunya dia bisa menjadi kunci untuk mengetahui masa depan Bani Israel, yakni memberi sedikit titik terang akan kehadiran Almasih yang mereka nantikan. Almasih sekaliber Dzulqarnain yang mampu mengembalikan kejayaan Bani Israel.

Ternyata Allah menjadikan kisah ekspedisi ketiga dari Dzulqarnain sebagai kunci yang ditunggu-tunggu oleh para rabbi/rahib Yahudi Madinah. Radm yang dibangun Dzulqarnain menyimpan misteri yang menjadi penanda akan kembalinya kaum Bani Israel ke kota suci Jerusalem. Kota inilah yang dimaksud sebagai "kota yang dihancurkan" dalam ayat QS.21:95, yang menyebutkan bahwa penduduknya tidak akan bisa kembali untuk memiliki kota itu hingga terbukanya tembok Yakjuj Makjuj, dan bangsa Yakjuj Makjuj telah mengalir dari berbagai tempat yang tinggi.

21:95 And there is prohibition upon [the people of] a city which We have destroyed that they will [ever] return
21:96 Until when [the dam of] Gog and Magog has been opened and they, from every elevation, descend.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1948 M, kota suci Jerusalem berhasil diklaim lagi kepemilikannya oleh kaum Bani Israel. Mereka mendirikan negara baru dengan nama "The State of Israel"Terpenuhi sudah kedua syarat yang disebutkan dalam surah Al-Anbiya (QS. 21:95-96) di atas, radm Yakjuj Makjuj telah terbuka, dan bangsa Yakjuj Makjuj telah mengalir dari berbagai tempat yang tinggi.

Tembok Yakjuj Makjuj yang dibangun Dzulqarnain telah hancur sejak 14 abad silam sebagaimana telah kita bahas panjang lebar dalam beberapa bab sebelumnya. Dua ayat di atas ketika kita hubungkan dengan peristiwa munculnya negara Israel tahun 1948 M, akan memberi kesimpulan bahwa tahun ini adalah saat dimana bangsa Yakjuj Makjuj telah menyelesaikan misi "mengalir dari berbagai tempat tinggi" yang bisa diartikan "mereka telah menguasai dunia".

Tuesday, December 9, 2014

Benarkah Yakjuj Makjuj dipenjara dalam tembok besi?


Salah satu mitos tentang Yakjuj Makjuj adalah "mereka sekarang masih terpenjara dalam tembok besi dan akan keluar di akhir zaman nanti". Saya menyebut pendapat ini sebagai mitos karena memang pendapat ini bertentangan dengan ayat Quran. Tidak ada satupun ayat Quran yang menyebutkan bahwa Yakjuj Makjuj dipenjara dalam tembok besi yang dibangun Dzulqarnain. Konstruksi tembok yang dijelaskan dalam ayat Quran bukanlah konstruksi sebuah penjara, melainkan konstruksi sebuah dam di tempat terbuka yang menutup celah antara dua tebing di kanan-kirinya.

Metode dalam Islam yang in-syaa-Allah lebih kuat dalam berhujjah adalah jika kita menemui hadits yang bertentangan dengan ayat Quran, maka kita berpegang kepada ayat Quran dan merevisi pemahaman kita terhadap hadits tersebut. Bisa jadi hadits itu mengandung makna simbolik, atau bahkan bukan perkataan asli Rasulullah. Salah satu hadits masyhur dalam bahasan ini adalah hadits yang menyebutkan bahwa Yakjuj Makjuj setiap hari menggali atau melobangi tembok penjara besi hingga mereka berhasil mempertahankan lobangnya setelah pemimpin mereka mengucap "in-syaa-Allah", (sebelumnya lobang yang mereka buat tertutup kembali keesokan harinya dan temboknya semakin bertambah kuat). Setelah itu Yakjuj Makjuj akan keluar kepada manusia, mengalir dari berbagai tempat yang tinggi, rombongan pertama melewati danau Tabariyah dan meminum habis airnya, hingga rombongan terakhir mengatakan "dulu di sini pernah ada air".

Berdasar hadits tersebut banyak yang meyakini bahwa sampai sekarang Yakjuj Makjuj masih dipenjara dalam tembok besi yang dibangun Dzulqarnain, tembok tersebut masih berdiri kokoh, dan hancurnya tembok hanya akan terjadi di akhir zaman nanti setelah pemimpin Yakjuj Makjuj mengatakan "in-syaa-Allah". Pendapat mereka ini diperkuat lagi dengan hadits tentang turunnya Isa Almasih yang akan membunuh Dajjal, kemudian setelah itu Allah akan mengirim Yakjuj Makjuj yang hanya bisa dikalahkan oleh Allah sendiri.

Trus, benarkah keyakinan ini? Tentu saja "ya" menurut mereka yang meyakininya. Namun beberapa hal berikut dapat dijadikan pertimbangan sebelum kita ikut-ikutan meng-amin-kannya.

  • Jika Yakjuj Makjuj hanya akan keluar di akhir zaman nanti (menjelang kiamat), berarti tembok besi hari ini masih kokoh dan semakin bertambah kuat. Ini adalah kesimpulan logis dari bunyi hadits itu, karena sebelum pemimpin Yakjuj Makjuj mengucap "in-syaa-Allah" lobang itu akan terus menutup kembali dan temboknya makin bertambah kuat. Hal ini bertentangan dengan hadits yang lebih shahih yang diriwayatkan dari jalur Zainab binti Jahsy dimana Rasulullah menyebutkan "hari ini telah terbuka radm Yakjuj Makjuj sebesar ini (sambil membuat isyarat lingkaran dengan dua jari)".
  • Di hadits tersebut diceritakan rombongan terakhir yang melewati danau Tabariyah berkata "di sini dulunya ada air". Bagaimana mungkin rombongan tersebut mengetahui kalau di danau tersebut pernah ada airnya? Bukankah mereka baru saja keluar dan rombongan pertama langsung meminum habis airnya? Rombongan terakhir belum pernah melewati danau tersebut sebelumnya. Jadi informasi ini konflik dengan informasi dalam hadits ini sendiri.
  • Hadits tentang dikirimnya Yakjuj Makjuj di akhir zaman menggunakan redaksi "wa ba'atsallah" (dan Allah membangkitkan/mengirim), dan tidak menggunakan kalimat "akhrajallah" (Allah mengeluarkan) ataupun "fatahallah" (Allah membukakan). Sementara hadits dan ayat yang menyebutkan terbukanya radm Yakjuj Makjuj menggunakan redaksi kalimat "futihat" (telah dibuka/telah terbuka). Tentunya dua kalimat ini berbeda arti. Allah akan mengirim Yakjuj Makjuj di akhir zaman nanti tidaklah bisa diartikan bahwa mereka hanya akan keluar pada saat itu. Yakjuj Makjuj adalah sebuah bangsa yang tentunya jumlah manusianya sangat banyak, mereka terus berkembang dari generasi ke generasi. Akan lebih pas jika dipahami bahwa yang dikirim oleh Allah di akhir zaman nanti adalah generasi keturunan Yakjuj Makjuj pada masa itu, dan bukan Yakjuj Makjuj yang diceritakan pada masa Dzulqarnain.
  • Hadits ini secara jelas bertentangan dengan ayat Quran yang mengisahkan ekspedisi Dzulqarnain. Radm tersebut tidaklah memenjarakan Yakjuj Makjuj, melainkan menutup akses Yakjuj Makjuj sehingga mereka tidak bisa memasuki wilayah kaum yang tinggal di antara dua gunung. Sesuai analisis yang telah kita kaji, dengan ditutupnya celah Darial Gorge ini maka bangsa Yakjuj Makjuj yang mendiami kawasan sebelah utara pegunungan Caucasus mutlak tidak bisa memasuki wilayah Asia Tengah melalui jalur pintas ini. Bangsa Yakjuj Makjuj yang pada masa tersebut diidentifikasi sebagai suku barbar Scythia dan Cimmeria tidak bisa lagi menggunakan jalur ini. Satu-satunya jalur darat yang tersisa adalah melalui Caspian Gates (Derbent) di ujung timur pegunungan Caucasus. Dzulqarnain tidaklah khawatir terhadap jalur timur ini karena memang di situ telah dibangun benteng pertahanan dibawah kekuasaan Persia. Pasukan penjaga selalu siap siaga di benteng ini, berbeda dengan celah Darial Gorge yang lokasinya sempit dan terisolasi yang tidak memungkinkan untuk menempatkan pasukan penjaga. Tentunya pertimbangan logistik dan lokasi sangat dipahami secara matang oleh Dzulqarnain, sehingga keputusan membangun radm adalah sebuah ide cemerlang yang bisa menjamin keamanan wilayah sebelah selatan Caucasus dalam jangka panjang.

Berdasar pertimbangan ini, adalah hal yang aneh jika kita bersikukuh mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan hadits yang lebih shahih dan bahkan bertentangan dengan ayat Quran. Jangan-jangan selama ini kita salah dalam memahami hadits tersebut. Tidak seharusnya jika sebuah informasi yang bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih dan bahkan bertentangan dengan ayat Quran lantas kita jadikan dasar untuk menggugurkan pendapat lainnya. Konsekuensinya, kita harus mengoreksi kembali pemahaman kita terhadap hadits tersebut. Tidak menutup kemungkinan informasi di dalamnya bersifat simbolik, semacam hadits yang menceritakan kendaraan Dajjal berupa keledai terbang dengan telinga melebar ke kiri dan kanan, dan kecepatannya seperti awan ditiup angin. Apakah akan kita telan mentah-mentah hadits ini dan kita tunggu munculnya keledai terbang?

Menelan teks hadits secara mentah-mentah, dan membabi buta dalam mempertahankannya tanpa mempedulikan hujjah lain adalah tindakan yang benar-benar aneh. Bahkan ketika kita memiliki hujjah terkuat berupa ayat Quran sekalipun tidak menutup kemungkinan akan membuat sebuah kesimpulan yang salah jika hanya menggunakan ayat itu secara isolatif dan tidak mempedulikan ayat lainnya. Kesalahan menyimpulkannya bisa sangat fatal.

Allah telah mengajarkan kepada kita bahkan di halaman awal mushaf Quran ketika kita menemui ayat dalam surah Al-Baqarah yang menyebutkan "Dan ketika Kami perintahkan kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka bersujudlah mereka kecuali Iblis" (QS.2:34). Anggap saja kita tidak mengetahui informasi apapun mengenai Iblis, kemudian kita membaca ayat ini dan langsung membuat kesimpulan, maka berdasar teks ayat tersebut kita bisa simpulkan bahwa Iblis adalah malaikat karena memang ayatnya menyebutkan bahwa Allah memerintahkan kepada para malaikat. Bukankah ini kesimpulan yang logis dan berdasar ayat Quran? Ya, tentu saja. Namun kesimpulan yang kita buat ternyata salah total. Di ayat lain Allah menjelaskan bahwa malaikat hanya melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka "wa yaf'aluuna maa yu'maruun" (QS.16:50). Karena Iblis membangkang perintah Allah maka tidak mungkin dong jika dia ini malaikat. Kemudian, ketika kita lanjutkan mencari ayat lain, ternyata kita temukan fakta yang berbeda dengan kesimpulan pertama tadi. Allah secara jelas menyebutkan "kaana minal jinn, fafasaqa 'an amri rabbih" (QS.18:50), Iblis adalah dari bangsa jin dan dia fasik terhadap perintah Tuhannya.

Cara paling aman dalam berhujjah adalah kita kumpulkan dulu sebanyak mungkin dalil yang terkait dengan topik yang dibahas, setelah itu prioritaskan menggunakan dalil ayat-ayat Quran, selanjutnya hadits-hadits yang shahih, dan kemudian pertimbangkan pendapat para sahabat, tabi'in dan para ulama. Trus bagaimana dengan pendapat saya yang menyatakan bahwa tembok Yakjuj Makjuj telah hancur, benarkah? Wallahu a'lam, hanya Allah yang Mengetahui kebenaran sesungguhnya. Saya hanya mencoba menampilkan argumen dengan berbagai hujjah yang telah dipaparkan di depan, dan sebenarnya ini bukanlah pendapat yang baru. Banyak dari kalangan ulama yang juga meyakini bahwa tembok tersebut telah hancur, semacam Syaikh Imran Hosein dan Dr. Adnan Ibrahim. Jangankan kalangan ulama, Rasulullah sendiri sudah menyebutkan bahwa radm tersebut telah terbuka dan keburukan telah mendekat.

Secara logis, pendapat yang meyakini bahwa tembok Yakjuj Makjuj masih berdiri kokoh haruslah mampu membuktikan keberadaannya. Tidak mungkin kan kita mengklaim bahwa temboknya masih ada, sementara kita tidak memiliki hujjah yang kuat, dan bukti secara fisik pun juga tidak bisa kita tampilkan? Tembok tersebut bukanlah sesuatu yang ghaib atau immateri, ayat Quran dengan jelas menceritakan konstruksi dan proses pembuatannya. Jika berbagai asumsi yang telah saya sampaikan dirasa tidak logis dan tidak bisa diterima akal sehat, maka siapapun yang tidak setuju dengan pendapat ini silakan saja menampilkan argumen yang lebih valid, tentu saja dengan disertai hujjah dan bukan hanya sekedar memvonis salah.

Saturday, December 6, 2014

Bencana runtuhnya glacier dari puncak Kazbek, pemicu hancurnya tembok Yakjuj Makjuj

Pada tahun 2007, tiga pakar geologi Russia menerbitkan hasil penelitian mereka terhadap formasi reruntuhan dan pergerakan glacier di Caucasus bagian tengah. IB Seinova dari High Mountain Geophysical Institue (Nalchik, Russia) bekerja bareng TL Sidorova & SS Chernomorets dari University Centre for Engineering Geodynamics and Monitoring (Moscow, Russia) menemukan bukti-bukti terjadinya bencana catastropic yang meruntuhkan glacier dari puncak gunung Kazbek. Berdasar hasil studi terhadap lapisan tanah di jalur sungai-sungai di bawah pegunungan Kazbek, bencana terbesar terjadi pada kurun waktu abad 5M hingga 10M, selanjutnya intensitas runtuhnya glacier menurun hingga sekitar 7 abad setelahnya. Pada tahun 1800-an, aktivitas runtuhnya glacier kembali meningkat sampai tahun 1920. Diprediksikan akan terjadi peningkatan reruntuhan pada abad ke-21.

Prediksi ketiga pakar geologi ini menjadi kenyataan. Pada 17 Mei 2014M terjadi reruntuhan glacier dan salah satunya menutup celah Darial Gorge. Meski tidak separah yang terjadi pada tahun 1832M namun tumpukan lumpur yang menggunung telah melumpuhkan akses di perbatasan Russia Georgia ini.


Kita bisa memperoleh gambaran lebih jelas tentang efek kehancuran dam yang membendung air di utara celah dengan membandingkan data atau catatan peristiwa yang ada. Pada 15 Agustus 1832M, bongkahan es yang runtuh dari puncak Kazbek menutup celah Darial Gorge setinggi 100meter, akibatnya aliran sungai Terek terbendung di sebelah utara celah. Bencana tragis terjadi setelah bongkahan es ini hancur karena tidak kuat menahan tekanan air. Jalur utama antara Russia - Georgia beserta lahan dan pemukiman penduduk hingga 60-80meter di atas dasar sungai ludes diterjang air.


Berdasar informasi di atas, dapat kita perkirakan bahwa pada periode abad ke-5 hingga 10M, bencana yang serupa dan memiliki efek yang tidak jauh berbeda pernah menimpa celah Darial Gorge. Perkiraan proses hancurnya tembok besi terjadi pada tahun 630-720M atau bahkan lebih awal lagi (630-640M), dan periode ini berada pada masa intensitas reruntuhan glacier yang dikategorikan bencana terbesar yakni antara abad ke-5 hingga 10M.


Kemungkinan besar bencana inilah yang menjebolkan “radm” yang dibangun Dzulqarnain. Keroposnya tembok besi yang dikabarkan oleh Rasulullah sekitar tahun 630M menjadikannya tidak mampu membendung tekanan air yang meningkat drastis disebabkan runtuhnya glacier dari puncak Kazbek, yang kemudian menjebol dan menghanyutkannya. Tumpukan lumpur yang terakumulasi selama 1,100 tahun di bendungan air tentunya akan memenuhi area sepanjang celah Darial Gorge dan menambah tingginya level dasar sungai di sepanjang alirannya sehingga menguburkan reruntuhan tembok besi dibawahnya. Serpihan reruntuhan yang berupa lempengan tembaga mungkin masih bertahan hingga kini, namun serpihan besi yang tidak terlapisi tembaga bisa jadi telah hancur dimakan usia karena faktor korosi kecuali sebagian kecil sisanya. Besi adalah logam yang kuat, namun ketika berada di tempat terbuka ataupun terkubur dalam tanah tanpa adanya lapisan pelindung maka kita tidak akan menjumpai bentuk asli dari serpihan besi tersebut setelah ribuan tahun.


Tembok Yakjuj Makjuj dihancurkan oleh Allah



Hancurnya tembok besi ini bukan karena dilobangi ataupun dirusak oleh bangsa Yakjuj Makjuj. Konstruksi dam berbahan besi berlapis tembaga yang disebut dengan istilah "radm" ini adalah konstruksi yang tidak memungkinkan untuk dilobangi ataupun dirusak menggunakan peralatan manual.

Di akhir ayat 98 surah Al-Kahf, Zulqarnain berkata

"jika telah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikan tembok ini rata dengan tanah"



Kata yang digunakan untuk menyebut kehancuran tembok tersebut adalah "dakkaa'an" yang berarti hancur/menjadi debu/runtuh dan rata dengan tanah.



Berikut analisis proses kehancurannya:

  • Peralatan manual pada masa itu mutlak tidak akan bisa menghancurkan konstruksi tembok dam. Jangankan menghancurkan, melobangi saja tidak akan bisa.
  • Berlobangnya tembok ini pada masa Rasulullah menandakan bahwa ia sudah mulai keropos, kemungkinan disebabkan oleh faktor korosi yang mengikis lapisannya. Peristiwa mulai berlobangnya tembok ini terjadi pada sekitar tahun 630M.
  • Jika pada tahun 642M pasukan Abdurrahman Ibn Rabiah yang melintasi Caucasus juga melewati celah Darial Gorge tanpa menemui tembok besi ataupun bendungan air di utara celah, bisa disimpulkan bahwa tembok besi ini telah lenyap secara keseluruhan.
  • Catatan sejarah yang lebih akurat menunjukkan bahwa pasukan Al-Jarrah melewati celah Darial Gorge pada tahun 724M dan berhasil menembus pertahanan Khazar di utara Caucasus.
  • Lenyapnya tembok ini pada periode 630-720M, atau bahkan pada periode yang lebih pendek lagi (630-640M) tidak mungkin terjadi hanya karena faktor korosi. Tembok ini mampu bertahan seribu tahun lebih. Adalah hal yang impossible jika ia lenyap secara total dalam waktu kurang dari 100 tahun atau bahkan dalam waktu yang lebih singkat sekitar 10 tahun hanya disebabkan faktor korosi.
  • Satu-satunya kemungkinan proses lenyapnya tembok ini secara drastis adalah dikarenakan faktor bencana yang mengakibatkan jebolnya tembok tersebut, dan air yang sebelumnya terbendung dalam jumlah besar di sebelah utara menghanyutkan tembok besi dalam waktu sekejap, dan menguburkannya di bawah lapisan lumpur.
  • Kemungkinan reruntuhan tembok saat ini terkubur di bawah lapisan tanah sepanjang celah Darial Gorge. Dengan skenario ini maka apa yang diucapkan Dzulqarnain bahwa Allah akan menjadikan tembok tersebut rata dengan tanah benar-benar menjadi kenyataan.

Untuk membuktikan asumsi skenario lenyapnya tembok sebagaimana yang saya sebutkan di atas, kita membutuhkan bukti penguat entah itu penggalian di wilayah sepanjang celah Darial Gorge ataupun dengan cara lain yang bisa menunjukkan bukti secara ilmiah. Sampai saat ini belum ada arkeolog muslim ataupun non-muslim yang berusaha membuktikan keberadaan reruntuhan tembok besi di bawah lapisan tanah sepanjang celah Darial Gorge. Faktor penyebabnya adalah memang tidak memungkinkan untuk mengadakan project penggalian arkeologi di celah ini hanya untuk membuktikan adanya reruntuhan tembok besi berlapis tembaga. Celah sempit ini adalah satu-satunya jalur penghubung Georgia-Rusia, jelas tidak mungkin menutup satu-satunya jalur transportasi untuk melakukan penelitian arkeologi. Belum lagi adanya anggapan bahwa kisah Dzulqarnain hanyalah sebuah mitos. Karenanya kita akan mencari bukti penguat lain yang dapat digunakan untuk mendukung analisis ini.

Radm yang dibangun Dzulqarnain telah hancur

Identifikasi lokasi serta berbagai asumsi yang diperkuat bukti-bukti arkeologi telah mengerucut dan memungkinkan kita membuat sebuah kesimpulan bahwa di ujung utara celah Darial Gorge inilah satu-satunya lokasi yang memenuhi kriteria sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat yang mengisahkan ekspedisi ketiga Dzulqarnain.
Fakta menunjukkan bahwa di celah ini tidak dijumpai lagi tembok besi, bahkan bekas reruntuhan pun juga tidak terlihat. Lalu apakah yang membuat saya berargumen bahwa tembok tersebut telah hancur? Berikut saya kutipkan terjemah hadits tentang rusaknya tembok Yakjuj Makjuj di masa hidup Rasulullah:

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Bukair telah bercerita kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binti Abu Salamah bercerita kepadanya dari Ummu Habibah binti Abu Sufyan dari Zainab binti Jahsy radliallahu 'anhuma bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata: "Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka 'radm' (tembok/dam) Yakjuj dan Makjuj seperti ini". Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang-orang yang shalih?". Beliau menjawab: "Ya, benar jika keburukan telah merajalela".(Hadits riwayat Bukhari dalam kitab Jami'ush Shahih, hadits nomor 3097)

Dalam kitab yang sama, hadits dengan redaksi serupa diulang beberapa kali dari jalur periwayatan yang berbeda, yakni hadits nomor 3098, 3331, 6535, 6602 dan 6603. Dalam kitab Shahih Muslim, hadits yang senada diulang 2 kali yakni pada hadits nomor 5128 dan 5130
.
Hadits di atas menunjukkan bahwa sejak masa hidup Rasulullah tembok besi yang dibangun Dzulqarnain telah terbuka sebesar isyarat lingkaran ibu jari dan telunjuk (sekitar seukuran koin uang logam) yang menandakan konstruksinya sudah mulai keropos, bisa jadi dikarenakan faktor korosi pada lapisan besi yang tidak tertutup tembaga.
Dari sini bisa kita perkirakan bahwa hancurnya tembok dimulai sekitar tahun 630M, yakni pada masa periode Madinah setelah Zainab binti Jahsy menjadi istri Rasulullah. Selanjutnya kita akan mencari informasi lebih detail tentang proses kehancuran dam tersebut melalui penelusuran berbagai catatan sejarah terkait celah Darial Gorge pada masa antara tahun 600M hingga sekitar 700M. Ini yang masih menjadi PR bagi kita.

Paling tidak beberapa catatan sejarah berikut terjadi pada periode yang kita cari.

  • Tahun 642M, pasukan muslim di bawah pimpinan Abdurrahman Ibn Rabiah melintasi Caucasus dan berusaha menaklukkan Khazar, namun tidak diketahui secara pasti apakah pasukan muslim melewati celah Darial Gorge ataukah melewati Caspian Gates di ujung timur Caucasus.
  • Tahun 724M, pasukan muslim di bawah pimpinan Al-Jarrah melintasi Caucasus melewati celah Darial Gorge.
  • Tahun 730M, pasukan Khazar yang dipimpin oleh Barjik melintasi celah Darial Gorge dan berhasil menaklukkan Azerbaijan dan mengalahkan pasukan muslim.

Kita bisa ambil kesimpulan bahwa pada tahun 724M tembok Yakjuj Makjuj telah lenyap karena pasukan Al-Jarrah berhasil melintasi Caucasus melewati Celah Darial Gorge. Jika pasukan Aburrahman Ibn Rabiah juga melewati celah yang sama maka bisa disimpulkan juga bahwa tembok ini telah lenyap lebih awal yakni sebelum tahun 642M.







Friday, December 5, 2014

Kenapa Dzulqarnain membangun radm menggunakkan material besi dan tembaga?


Satu hal yang menarik untuk dikaji adalah keputusan Dzulqarnain membangun radm menggunakan balok-balok besi/ potongan-potongan besi. Konstruksi ini bukanlah sekedar lempengan besi tipis, melainkan sebuah konstruksi kokoh yang didesain mampu bertahan dalam jangka panjang dan memiliki fungsi tambahan sebagai dam yang membendung air.


Mengapa Dzulqarnain memutuskan penggunaan besi dan tembaga sebagai materialnya? Kenapa tidak menggunakan bebatuan seperti konstruksi dam pada umumnya sebagaimana yang diminta oleh kaum ini? Tentunya bukanlah tanpa alasan. Bisa dipastikan di daerah sekitarnya tersedia bahan baku dalam jumlah berlimpah. Jika tidak, bagaimana mungkin bisa terselesaikan proyek fenomenal ini?



Dzulqarnain tidaklah membangun tembok besi ini hanya dengan mantra sim salabim langsung terwujud (maaf ya... ini bukan Harry Potter ataupun dongeng khayalan Hollywood lainnya), melainkan dia membangunnya melalui sebuah proses dan membutuhkan waktu yang lumayan lama. Ayat-ayat Quran menceritakan prosesnya secara jelas. Dzulqarnain meminta didatangkan potongan-potongan besi. Ketika konstruksinya sudah rata menutup celah di antara tebing di kanan kirinya, dia memerintahkan untuk memanaskan besi itu hingga membara, kemudian dituangkan cairan tembaga. Jadilah konstruksi mahakarya fenomenal pada masa itu, sebuah dam yang membendung aliran sungai Terek di sebelah utara celah, dan mutlak menutup akses bangsa Yakjuj Makjuj sehingga mereka tidak dapat memasuki wilayah Asia Tengah melalui jalur pintas ini. Kekokohan konstruksi radm ini telah terbukti mampu bertahan hingga lebih dari 1000 tahun.


Pembangunan radm ini benar-benar sebuah mega project yang melibatkan manpower dan material dalam jumlah besar, serta memakan waktu yang cukup lama. Jika kita perkirakan ukuran konstruksi dam setinggi 100 meter, menutup celah di dasar tebing yang lebarnya 10 meter dan semakin melebar di bagian atas, dengan ketebalan sekitar 10 meter di dasar celah dan semakin menipis di bagian atasnya, maka perkiraan volume besi yang dibutuhkan sekitar 10,000 meter kubik. Jika setiap 10 meter kubik besi setara dengan berat 78,5 ton, maka total material besi yang diperlukan adalah seberat 78,500 ton. Ini jumlah yang sangat besar. Kita harus menemukan dari mana asal material besi sebanyak ini, belum lagi ditambah dengan tembaga yang digunakan untuk melapisi radm tersebut. Mobilisasi material tentunya juga membutuhkan proses dan waktu, mengingat kendaraan pengangkut pada masa itu hanyalah menggunakan tenaga manusia dan kuda.

Benarkah identifikasi lokasi tembok besi ini berada di celah Darial Gorge? Bisakah kita temukan bukti-bukti bahwa di sekitar lokasi ini tersedia material besi dan tembaga dalam jumlah besar? Ataukah identifikasi lokasi ini salah?


Pada tahun 2008, tiga orang pakar Geoarchaeology dan Archaeomineralogy Georgia menerbitkan hasil penelitian ilmiah mereka yang menemukan bukti-bukti adanya pertambangan dan pengolahan logam di berbagai wilayah selatan Caucasus sejak masa sekitar 3000BC. Pengolahan emas, besi, dan tembaga tersebar di berbagai provinsi mulai bagian barat Georgia hingga sebelah timur di perbatasan Armenia. Kaki pegunungan Caucaus kaya akan bijih logam, dan sampai saat ini kandungan bijih logam (emas, perak, besi, tembaga, dsb) masih tersedia dalam jumlah besar.



Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah berjudul "ANCIENT GEORGIAN IRON METALLURGY AND ITS ORE BASE", oleh David M. Kuparadze dan Dimitri V. Pataridze (Caucasian Institute of Mineral Resources, Tbilisi Georgia), bekerja sama dengan Thomas N. Kerestedjian (Geological Institute, Bulgarian Academy of Sciences). 


Berdasar bukti-bukti arkeologi ini, identifikasi Darial Gorge sebagai lokasi konstruksi tembok Yakjuj Makjuj bukanlah hanya perkiraan semu belaka dan berbau khayal. Pengolahan besi dan tembaga sejak zaman kuno yang tersebar di berbagai wilayah sebelah selatan Caucasus memungkinkan terwujudnya proyek fenomenal Dzulqarnain.

Selain menggunakan gerobak bertenaga kuda, mobilisasi material dari berbagai pertambangan di wilayah Georgia bagian barat kemungkinan juga menggunakan perahu yang menyusuri sungai Kura hingga Tbilisi (ibukota Georgia di masa kini), kemudian dilanjutkan ke utara menggunakan jalur darat. Proses mobilisasi material secara besar-besaran dengan memanfaatkan jalur sungai ini kemungkinan merupakan faktor yang menjadikan namanya dikenal sebagai sungai Cyrus. Cyrus adalah istilah Yunani dari nama Koresh/Gorah/Kura yang telah kita identifikasi sebagai Dzulqarnain.

Konstruksi tembok Yakjuj Makjuj

Untuk membongkar misteri tembok Yakjuj Makjuj ini, mari kita cermati dulu berbagai kata kunci yang disebutkan dalam lanjutan ayat yang menceritakan Dzulqarnain berkomunikasi dengan kaum yang tinggal di antara dua gunung.

94 Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?"

95 Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,

96 berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu".

97 Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.


Ayat di atas secara jelas menyebutkan kaum ini bernegosiasi dengan Dzulqarnain, mereka menawarkan pembayaran kepadanya untuk membuatkan dinding (sadd) yang membatasi mereka dengan bangsa Yakjuj Makjuj. Dzulqarnain menolak pembayaran itu dan dengan penuh bijaksana meminta agar kaum tersebut mensupport tenaga kerja untuk mewujudkan project fenomenal yang disebut sebagai "radm".

Kaum ini meminta tolong untuk dibuatkan sebuah "sadd", namun Dzulqarnain menjanjikan konstruksi yang lebih kuat yang disebut "radm". Sadd adalah konstruksi menggunakan bebatuan, atau di masa modern adalah konstruksi concrete menggunakan campuran batu, pasir dan semen. Sementara radm adalah konstruksi yang lebih kokoh menggunakan logam berlapis anti karat, yaitu besi yang dipanaskan dan dilapisi cairan tembaga.

Jika kita bisa menemukan bukti berupa reruntuhan tembok besi atau lokasi tambang di sekitar Darial Gorge, ini akan menjawab dengan ringkas kebenaran identifikasi yang kita lakukan. Sayangnya bekas reruntuhan yang ada di sekitar lokasi ini berusia jauh lebih muda dari yang kita cari. Di lokasi ini terdapat bekas-bekas bangunan jembatan ataupun benteng yang dibangun oleh Rusia pada abad ke-17. Kelihatannya waktu yang membentang ribuan tahun lalu sangat sulit untuk mencari reruntuhan tersebut tanpa sebuah team arkeolog yang mengkhususkan pencarian bukti ini.


Tapi ternyata ilmu geologi bisa membantu melacak kemungkinan di celah ini pernah terdapat tembok Yakjuj Makjuj. Dalam ayat Quran tembok tersebut diistilahkan sebagai sadd dan radm yang secara harfiyah artinya "dam" atau tembok yang berfungsi untuk membendung air. Apakah radm yang dibangun Dzulqarnain, selain didesain sebagai pembatas antara kaum yang bermukim di sini dengan bangsa Yakjuj Makjuj, juga berfungsi sebagai dam untuk membendung air?



Di celah Darial Gorge ini mengalir sungai Terek dari utara ke selatan. Sungai ini lumayan besar, dan jika ujung utara celah ini ditutup maka akses dari wilayah utara ke selatan mutlak tertutup, dan wilayah sebelah utara akan membentuk bendungan air. Amazing... bukti geologi berupa perbandingan sample tanah yang diambil dari dinding tebing sebelah utara celah yang diperkirakan tempat dibangunnya dam, dan juga sample tanah di tebing sebelah selatannya benar-benar membuktikan di tempat ini pernah dibangun sebuah "dam" yang membendung aliran sungai Terek. Tanah di tebing sebelah utara dam memiliki kandungan air yang sangat tinggi, sementara tanah di sebelah selatan dam memiliki kandungan air yang sangat rendah. Perbedaan mencolok kandungan air pada kedua sample tanah ini hanya terjadi jika tanah di sebelah utara dam terendam air dalam jangka waktu yang sangat lama.

Konstruksi radm yang kokoh ini tidak memungkinkan untuk dilobangi ataupun dirusak menggunakan peralatan manual. Pendapat yang menyatakan bahwa Yakjuj Makjuj melobangi tembok ini perlu dikaji lebih jauh kebenarannya, karena bertentangan dengan informasi yang disebutkan dalam Quran (QS.18:97)


Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.

Konstruksi tembok besi berlapis tembaga ini bukanlah sekedar lempengan besi tipis, melainkan konstruksi balok-balok besi yang didesain sedemikian rupa dan mampu menahan bendungan air di utara tembok. Ini adalah konstruksi sebuah dam yang tebal, kokoh, dan lumayan tinggi.

Menurut pendapat saya, perkiraan tinggi tembok ini tidaklah setinggi puncak gunung yang sekitar 1000 meter (1km) dari dasar celah, melainkan cukup tinggi untuk menutup celah tersebut. Terjemahan ayat QS.18:96 yang kita dapati dalam versi bahasa Indonesia agak berlebihan dengan menambahkan penafsiraan kata "puncak". Berikut perbandingan terjemah versi Bahasa Inggris & Indonesia:

....
until, when he had leveled [them] between the two mountain walls, he said, "Blow [with bellows]," until when he had made it [like] fire, he said, "Bring me, that I may pour over it molten copper."

....
Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu...


Terjemah versi Bahasa Inggris di atas lebih pas secara harfiyah dengan menyebut between the two mountain walls (di antara dua dinding gunung /di antara dua tebing).

"hattaa idzaa saawaa baina ash-shadafain" secara harfiyah berarti "hingga ketika dia telah meratakan di antara ash-shadafain".

Ash-shadafain artinya "dua buah kerang" atau dua cangkang kerang yang berhadapan. Bentuk tebing-tebing di Darial Gorge ini seperti dua cangkang kerang berhadapan jika dilihat dari atas ataupun dari kejauhan.

Dengan konstruksi dam yang kokoh semacam ini, mustahil bagi siapapun untuk melobanginya atau bahkan merusaknya menggunakan peralatan manual. Begitu juga dengan generasi Yakjuj Makjuj suku Cimmeria & Scythia pada masa itu. Mereka jelas jelas tidak akan mampu melobangi ataupun merusaknya.

Celah Darial Gorge, lokasi tembok Yakjuj Makjuj


Darial Gorge, adalah celah sempit yang terbentang sejauh 12 km dengan diapit dua tebing batu granit setinggi 1000-3000 meter, berada di sebelah utara Georgia berbatasan dengan wilayah Rusia. Di ujung utara celah inilah dimungkinkan dulunya pernah berdiri kokoh tembok besi berlapis tembaga yang dibangun oleh Dzulqarnain.


Ujung utara celah Darial Gorge, tempat dibangunnya tembok Yakjuj Makjuj



Penelusuran lokasi ini menunjukkan bahwa di ujung utara celah tidak ditemui lagi tembok besi berlapis tembaga. Apakah identifikasi lokasinya salah? Ataukah memang tembok tersebut telah hilang alias sudah hancur?  


Kemungkinan salahnya identifikasi lokasi sangat kecil karena memang celah Darial Gorge adalah satu-satunya jalur penghubung antara wilayah sebelah utara dan selatan yang menembus deretan pegunungan Caucasus. Catatan sejarah menunjukkan celah ini sering dilalui oleh suku barbar kuno, suku Cimmeria & Scythia yang tinggal di sebelah utara Caucasus. Dua suku kuno inilah yang merupakan keturunan dari Yakjuj Makjuj. Ulasan lengkapnya bisa dibaca dalam buku karangan Muhammad Alexander Wisnu Sasongko tentang Yakjuj Makjuj. Beliau dengan gamblangnya menampilkan hujjah yang diperkuat dengan berbagai catatan sejarah sejak masa Herodotus yang menunjukkan bahwa dua suku barbar inilah yang merupakan generasi keturunan bangsa Yakjuj Makjuj pada masa Dzulqarnain. Dua suku ini juga berkoalisi dengan Babylonia dan ikut serta menghancurkan Jerusalem pada tahun 587 BC.


Trus, di mana tembok besi itu sekarang? Kita tidak akan menjumpainya masih berdiri kokoh di celah ini karena memang tembok tersebut telah hancur, telah runtuh sejak 14 abad silam.

Thursday, December 4, 2014

Kaum yang tinggal di antara dua gunung



Pasca penyelesaian misi ekspedisi kedua, Dzulqarnain melanjutkan ekspedisinya ke arah lain.

92 Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
93 Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
94 Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" (QS. Al-Kahf, 18:2-94)

Lokasi ekspedisi ketiga ini bisa dipastikan berada di wilayah sebelah utara, karena kaum yang dijumpai Dzulqarnain meminta tolong agar dibuatkan dinding yang memisahkan mereka dengan bangsa Yakjuj Makjuj (Gog and Magog). Bangsa Yakjuj Makjuj adalah bangsa yang suka membuat kerusakan yang tinggal di daerah utara. Kaum Bani Israel telah mengenal nama bangsa perusak ini dari alkitab, dan mereka meyakini bahwa Yakjuj Makjuj adalah keturunan Nabi Nuh dari jalur Yafets (Japheth).

Kaum yang dituju dalam ekspedisi kali ini bermukim di antara dua gunung. Sekarang kita mencari lokasi pegunungan yang berada di arah utara dari Babylonia. Satu-satunya deretan pegunungan yang bisa kita jumpai adalah pegunungan Caucasus yang membentang dari barat ke timur, dari Laut Hitam hingga Laut Caspia. Pegunungan ini memisahkan wilayah Rusia dan wilayah Asia Tengah. Sebenarnya tidak sulit bagi kita untuk menelusuri lokasi yang kita cari ini karena beberapa kata kunci telah disebutkan dalam ayat-ayat di atas.



  • Kaum ini tinggal di antara dua gunung, artinya lokasi pemukiman mereka diapit oleh pegunugan di sebelah barat dan sebelah timurnya. Dengan kata lain lokasi ini berada di tengah-tengah deretan pegunungan Caucasus ini.
  • Pemukiman ini tentunya pernah mengalami dampak kebrutalan yang dilakukan oleh bangsa Yakjuj Makjuj, dengan kata lain bangsa Yakjuj Makjuj pernah atau bahkan sering melewati pemukiman mereka. Satu-satunya jalur yang bisa dilewati pasukan berkuda yang menghubungkan wilayah bangsa Yakjuj Makjuj di utara pegunungan menuju wilayah sebelah selatan adalah sebuah jalur sempit yang berada di bawah gunung Kazbek yang pada masa sekarang dikenal dengan sebutan Georgia-Russia military road.
  • Bahasa yang digunakan oleh kaum ini sangat berbeda dengan rumpun bahasa Asia Tengah pada umumnya sebagaimana yang digunakan oleh Dzulqarnain.

Identifikasi awal lokasi ini jatuh pada wilayah Georgia. Masyarakat di sini menggunakan bahasa yang secara total berbeda dengan rumpun bahasa Asia Tengah pada umumnya, yakni bahasa pre-Indo-European yang tidak terhubung ke bahasa lain dan telah digunakan paling tidak selama 5000 tahun.



Gambar di atas diambil menggunakan Google Earth. Wilayah pemukiman penduduk yang tampak di bagian bawah gambar kemungkinan besar telah didiami sejak jaman dulu. Lokasinya berada di kaki gunung Kazbek. Ayat dalam Surah Al-Kahf di atas menyebutkan pemukiman ini berada di antara "saddain" (dua dinding). Deretan pegunungan Caucasus yang terbentang dari barat mulai Laut Hitam hingga lokasi ini adalah dinding pegunungan sebelah kiri, sementara dinding pegunungan sebelah kanannya berupa deretan pegunungan mulai lokasi ini ke arah timur hingga Laut Caspia.

Kita telah menemukan perkiraan lokasi pemukiman penduduk yang dituju Dzulqarnain dalam ekspedisi ketiga ini. Penduduk di sini meminta pertolongan kepada Dzulqarnain agar dibuatkan tembok/dinding (sadd) yang memisahkan mereka dengan bangsa Yakjuj Makjuj yang mendiami sebelah utara pegunungan. Lalu, benarkah Dzulqarnain membangun tembok pembatas tersebut di daerah ini? Benarkah identifikasi yang kita lakukan ini? Pembahasan bab selanjutnya akan memberi titik terang bahwa memang di sinilah satu-satunya lokasi yang bisa memenuhi kriteria sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.



Untuk merangkum 3 tahap ekspedisi Cyrus "si dua tanduk"(Dzulqarnain), berikut peta ketiga ekspedisi yang dia mulai dari Medes dan Persia (Iran di masa kini).


Rute ekspedisi awal, dari Persia ke arah barat menuju Selat Bosphorus. Tahun 546BC.




Rute ekspedisi kedua, dari Bosphorus ke arah timur menuju Babylonia (Irak di masa kini). Tahun 540BC.




Rute ekspedisi ketiga, dari Babylonia ke arah utara menuju Georgia. Terjadi pada periode 538BC - 530BC.




Wednesday, December 3, 2014

Menuju arah matahari terbit



Pasca penaklukan wilayah Asia Minor, Dzulqarnain melanjutkan ekspedisi berikutnya ke arah matahari terbit, artinya ini adalah wilayah yang berada di sebelah timur dari lokasi ekspedisi awal. Di lokasi ekspedisi ke-2 ini Zulqarnain mendapati matahari menyinari satu kaum yang tidak memiliki perlindungan dari cahaya matahari.

Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. (QS. Al-Kahf, 18:90)

Istilah "sampai ke tempat terbit matahari" tidak bisa kita telan mentah-mentah, sebagaimana istilah yang menyebutkan ekspedisi awal "sampai ke tempat terbenamnya matahari". Sains modern telah menunjukkan bahwa matahari tidaklah terbit ataupun tenggelam. Terbit dan tenggelamnya matahari hanyalah persepsi manusia yang mendiami planet bumi. Setiap pagi kita melihat matahari terbit, dan sorenya kita melihat matahari tenggelam. Jika kita berada di pulau Jawa melihat matahari terbit, maka manusia yang berada di tempat-tempat lain melihat sesuatu yang berbeda pada waktu yang bersamaan, ada yang melihat matahari sudah naik setinggi galah, ada yang sudah waktu zhuhur, ada yang melihat matahari tenggelam, dan bahkan ada yang masih gelap gulita di tengah malam, tergantung lokasi dia berada. Anda yang berada di Jakarta melihat matahari terbit jam 6 pagi, pada waktu bersamaan seseorang yang berada di kepulauan Fiji sudah melihat matahari di atas kepalanya karena memang di sana sudah tengah hari. Pada saat yang sama juga, sebagian ummat muslim yang berada di Makkah atau Madinah masih melakukan sholat Tahajjud karena di sana masih jam 2 dini hari, sementara mereka yang berada di New York sedang melihat matahari terbenam jam 6 petang.

Tentunya akan sangat sulit mengidentifikasi lokasi ekspedisi ke-2 ini jika kita hanya mengacu pada logika akal kita dengan memahami secara tekstual ayat yang menyebutkan "Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari". Ini bukanlah tempat ujung timur yang diidentifikasi secara perkiraan saja, karena apa yang kita anggap ujung timur bisa menjadi ujung barat bagi orang yang berada di belahan bumi lain. Terdapat berbagai pendapat mengenai lokasi yang dituju Dzulqarnain pada ekspedisi ke-2 ini, ada yang menganggap wilayah Mongol, Mesir, Laut Caspia, dan sebagainya. Setiap pendapat mengemukakan hujjahnya masing-masing. 

Sebelumnya saya pernah sependapat dengan Syaikh Imran Hosein yang mengidentifikasi lokasi ekspedisi ke-2 ini berada di tepian pantai Laut Caspia, dengan asumsi bahwa lokasi ekspedisi awal berada di pesisir timur Laut Hitam. Namun, dengan segala hormat dan menghargai pendapat beliau, akhirnya saya menemukan argumen yang berbeda dan insyaa Allah akan lebih mendekati maksud yang sebenarnya dari ayat Quran ini.

Ada juga pendapat lain yang menganggapnya berada Mesir, dengan asumsi bahwa di tempat ini terdapat kuil matahari terbit sebagai tempat ibadah kaum Mesir kuno. Asumsi ini diperkuat dengan meyakini bahwa Dzulqarnain adalah Alexander the great penguasa Macedonia (Dalam bahasa Arab disebut Al-Iskandar Al-Makduni) yang meluaskan wilayah penaklukannya hingga ke Mesir. Meski berbagai hujjah disampaikan untuk menguatkan pendapat bahwa Alexander the great adalah Dzulqarnain, namun untuk menentukan link atau hubungan antara Alexander dengan kaum Bani Israel akan berujung pada sebuah kejanggalan. Alexander bukanlah pahlawan bagi kaum Bani Israel, dan namanya tidak seharum Cyrus meski keduanya memiliki gelar "the great". Saya menghargai pendapat yang dikemukakan dosen sekaligus penulis produktif, Muhammad Alexander Wisnu Sasongko dengan berbagai hujjah yang beliau sampaikan, meskipun ada beberapa poin yang saya tidak sependapat termasuk dalam hal identifikasi lokasi ekpedisi Dzulqarnain. Beliau telah menulis karya-karya fenomenal terkait peperangan akhir zaman, Yakjuj Makjuj dan Dzulqarnain dengan menampilkan berbagai rujukan catatan sejarah yang mungkin belum pernah diangkat sebelumnya oleh penulis lain. Banyak dari tulisannya yang sangat mencerahkan tentang identifikasi kaum Scythia dan Cimmeria kuno sebagai bangsa Yakjuj Makjuj. Akan tetapi, kebenaran bisa muncul dari siapapun selama pendapat yang disampaikan diperkuat dengan berbagai hujjah yang lebih valid dan bersesuaian dengan konteks yang dibahas.

Pemikir muslim modern asal Palestina, Dr. Adnan Ibrahim lebih menekankan pemahaman terhadap konteks ini menggunakan rujukan berupa keterkaitan informasi ayat-ayat Quran dengan ayat-ayat Alkitab. Hal ini insyaaAllah akan lebih mendekatkan kita pada fakta sesungguhnya mengingat kisah ekspedisi Dzulqarnain digunakan oleh para rabi/rahib Yahudi sebagai uji validitas kerasulan Muhammad. Tentunya seluruh rangkaian ekspedisi Dzulqarnain haruslah bersesuaian dengan yang selama ini mereka pahami dari alkitab mereka. Dari berbagai informasi di ayat-ayat Alkitab, ternyata kaum Yahudi sangat mengenal tokoh "si dua tanduk" ini berdasar ayat-ayat yang disebutkan oleh Nabi Daniel. (Sebagaimana saya paparkan di bab sebelumnya, bahwa Dzulqarnain "si dua tanduk" ini adalah Raja Cyrus penguasa Medes dan Persia).

Lalu, di manakah lokasi ekspedisi ke-2 Dzulqarnain? Ini adalah arah timur (meski sedikit ke selatan) jika dilihat dari lokasi ekspedisi awal, yakni daerah Babylonia tempat kaum Bani Israel berada dalam pengasingan dan perbudakan oleh Raja Nebukadznezar. Kaum Bani Israel diusir dari kota suci Jerusalem, kuil Sulaiman dihancurkan, dan mereka dibawa sebagai tawanan ke Babylonia. Di tempat inilah mereka tinggal tanpa memiliki rumah ataupun tempat perlindungan, mereka berada dalam pengasingan, sebagai tawanan perang, dan diperbudak. Kondisi ini sangat sesuai dengan apa yang disebutkan dalam ayat Surah Al-Kahf di atas, "dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu".

Identifikasi Babylonia sebagai lokasi ekspedisi kedua dikuatkan lagi dengan catatan sejarah penaklukan kota ini oleh Cyrus. Kejadiannya berlangsung sekitar enam tahun pasca penaklukan Lydia di Asia Minor. Hal ini bersesuaian juga dengan ayat Quran yang menyebutkan ekspedisi ke arah timur ini berlangsung setelah Dzulqarnain menyelesaikan misi penaklukan Lydia di ekspedisi awal.



  • Ekspedisi awal, Cyrus menaklukkan Lydia pada tahun 546 BC. Menerapkan sistem kebijakan di wilayah ini, menghukum para penjahat dan memberikan berbagai kemudahan bagi penduduknya secara umum.
  • Ekspedisi kedua, Cyrus menaklukkan Babylonia pada tahun 540 BC, membebaskan kaum Bani Israel, dan mengirim kembali kaum Bani Israel yang menghendaki pulang ke Jerusalem, serta mengirim tim khusus untuk melaksanakan project pembangunan kembali kuil Sulaiman.

Ayat 91 dari Surah Al-Kahf sebenarnya menjadi clue atas benarnya pendapat ini. Berikut perbandingan berbagai versi terjemahannya.


"Thus. And We had encompassed [all] that he had in knowledge." [Sahih International translation]
"So (it was). And We knew all concerning him." [Muhsin khan translation]
"(He left them) as they were: We completely understood what was before him." [Abdullah Yusuf Ali translation]
So (it was). And We knew all concerning him. [Pickthall translation]
"Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya"


Berikut terjemah per kata dari ayat ini: "Kadzaalika wa qad ahathnaa bi maa ladaihi khubraa"


Kadzaalika (Demikianlah/Seperti itulah), wa qad (dan sungguh)ahathnaa (telah Kami ambil/telah Kami liput), bi maa ladaihi (terhadap yang ada padanya/ dengan apa-apa yang di sisinya), khubraa (sebagai sebuah pengetahuan/cerita).

Tidak seperti ayat yang menceritakan ekspedisi pertama yang dengan detil menyebut apa yang diperbuat oleh Dzulqarnain terhadap wilayah yang ditaklukkan, pada ekspedisi kedua ini hanya disebutkan secara singkat "Seperti itulah" atau 'Demikianlah". Hal ini dikarenakan memang seluruh rangkaian kisah penaklukan Babylonia hingga pembebasan kaum Bani Israel telah diceritakan secara detail dalam Alkitab (tercantum dalam Kitab Melakhim/ Book of Kings/ Kitab Raja-raja) dan telah dipahami secara turun temurun sejarahnya oleh kaum Yahudi Bani Israel.